Kamis, 11 Agustus 2011
Cerita agar selalu bahagia
Seorang pemuda mendatangi orang bijak Lalu Dia menyampaikan
maksud dan tujuannya. "Saya menempuh
perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri selalu merasa bahagia, sekaligus membuat orang
lain selalu gembira." Sambil tersenyum bijak,
orang itu berkata, "Anak muda, orang
seusiamu punya keinginan
begitu, sungguh tidak biasa.
Baiklah, aku akan
memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik
ya. .." "Pertama, anggap
dirimu sendiri seperti
orang lain! apakah kamu mengerti
kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan
beri aku pengertianmu
tentang hal ini." Si pemuda menjawab, "Jika
bisa menganggap diri saya
seperti orang lain, maka saat saya menderita,
sakit dan sebagainya,
dengan sendirinya
perasaan sakit itu akan
jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika
saya mengalami
kegembiraan yang luar
biasa, dengan menganggap diri
sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak
akan membuatku lupa diri.
Betulkah begitu?" Dengan wajah senang,
orang bijak itu
mengangguk-anggukkan
kepala dan melanjutkan kata-
katanya. "Kalimat kedua, anggap
orang lain seperti
dirimu sendiri!" Pemuda itu berkata, "
Dengan menganggap orang
lain seperti diri kita, maka saat orang lain
sedang tidak beruntung,
kita bisa berempati, bahkan mengulurkan
tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari
akan kebutuhan dan
keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh
toleransi. Dengan raut wajah
makin cerah, orang bijak itu kembali
mengangguk-
anggukkan kepala. Ia
berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain
seperti mereka sendiri!" Si anak muda kembali
mengutarakan
pendapatnya, "Kalimat ketiga ini
menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi
orang lain, menjaga hak asasi
manusia dengan sama
dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu
saling menyerang wilayah dan
menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak
menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan
atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa
saling menghargai." Kata orang bijak itu, "Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat:
anggap dirimu sebagai
dirimu sendiri! Aku telah menyelesaikan
semua jawaban atas
pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir
memang sesuatu yang
sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan
baik-baik." Pemuda itu tampak
kebingungan. Katanya, "Setelah memikirkan
keempat kalimat tadi, saya merasa ada
ketidakcocokan, bahkan
ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya
bisa merangkum keempat
kalimat tersebut menjadi
satu? Dan, perlu waktu berapa
lama untuk mengerti semua
kalimat itu sehingga aku bisa selalu
gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain
juga gembira?" Spontan, orang Bijak itu
menjawab, "Mudah sekali. Coba renungkan dan
gunakan waktumu
seumur hidup untuk belajar dan
mengalaminya sendiri." Begitulah, si pemuda
melanjutkan kehidupannya
dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-
orang sering menyebut
namanya dan
membicarakannya. Dia mendapat julukan
sebagai: "Orang bijak yang selalu
gembira dan senantiasa
menularkan
kegembiraannya kepada setiap orang
yang dikenal." Sahabat..... Sebagai makhluk sosial, kita
dituntut untuk belajar mencintai
kehidupan dan berinteraksi dengan
manusia lain di muka bumi
ini. Selama kita mampu
menempatkan diri, tahu dan mampu
menghargai hak-hak orang
lain, serta mengerti keberadaan
jati diri sendiri di setiap
jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi
manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun
kita bergaul dengan
manusia lain, akan selalu timbul
kehangatan, kedamaian,
dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan
hidup akan muncul secara
alami... Sahabat.... "A man must learn to
understand the motives
of human beings, their illusions, and their
sufferings." Cintailah apapun bidang
yang kamu tekuni
sekarang, niscaya kesuksesan akan
datang pada kamu, Bismillah.. Arti kehidupan adalah
belajar menjalani peran sebagai diri
sendiri . manusia seringkali berusaha menjadi orang
lain dalam hidupnya. ada yang hidupnya sibuk
dengan penilaian orang lain
terhadapnya. ada yang tidak peduli sama
sekali dengan lingkungan
sekitar. jika manusia menjadi
dirinya sendiri (bukan menjadi seperti
orang lain) dia pasti akan menyayangi
diri sendiri. lalu melihat orang lain
seperti dirinya yang akan
selalu dihargai.. "Bila kita memandang
diri kita sendiri kecil, dunia akan tampak
sempit dan tindakan
pun akan menjadi
kerdil, namun bila kita
memandang diri kita
besar, dunia terlihat
luas, dan kita akan
melakukan hal hal
penting dan berharga. tindakan adalah
cermin bagaimana
melihat dunia, sementara dunia tak
lebih luas dari
pemikiran anda
tentang diri kita
sendiri, itulah mengapa kita
diajarkan untuk
berprasangka positif
pada diri sendiri, agar bisa melihat dunia
lebih indah, dan
bertindak selaras
dengan kebaikan
kebaikan yang ada dalam
pikiran kita, padahal
dunia tak butuh
penilaian apa apa dari
kita, ia hanya memantulkan
apa yang ingin kita
lihat, menggemakan
apa yang ingin kita
dengar, bila takut menghadapi
dunia, sesungguhnya
kita takut menghadapi
diri sendiri. maka bukan soal
apakah kita
berprasangka positif atau negatif terhadap
diri sendiri, melampaui
diatas itu, kita perlu jujuur
melihat diri sendiri apa
adanya, dan dunia pun
menampakkan
realitanya yang selama ini
tersembunyi di balik
penilaian penilaian
kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar